- Benih misterius berusia sekitar 1.000 tahun dari Gurun Yudea berhasil tumbuh menjadi pohon setinggi tiga meter.
- Penelitian mengungkap tanaman itu bukan Balsam Yudea, melainkan kerabat dekatnya yang berpotensi sebagai sumber obat.
- Keberhasilan perkecambahan dari satu benih kuno dinilai sebagai keberuntungan ilmiah yang sangat langka.
Pohon yang disebut-sebut dalam teks Alkitab kini kembali hidup setelah lebih dari seribu tahun tertidur dalam bentuk benih misterius, membuka tabir sejarah, sains, dan potensi pengobatan alami.
Benih tersebut pertama kali ditemukan di sebuah gua di Gurun Yudea pada dekade 1980-an. Namun, baru puluhan tahun kemudian benih itu mendapat perhatian serius dari dunia ilmiah.
Benih tersebut pertama kali ditemukan di sebuah gua di Gurun Yudea pada dekade 1980-an. Namun, baru puluhan tahun kemudian benih itu mendapat perhatian serius dari dunia ilmiah.
Pendiri Pusat Penelitian Pengobatan Alami Louis L. Borick di Yerusalem, Sarah Sallon, memutuskan untuk menanam benih tersebut bersama tim penelitinya.
Upaya itu kemudian didokumentasikan dalam jurnal Communications Biology yang terbit pada 10 September 2024.
Lima minggu setelah ditanam, tanda kehidupan muncul. Tunas kecil menembus media tanam, menandai kebangkitan benih yang telah melewati satu milenium.
Lima minggu setelah ditanam, tanda kehidupan muncul. Tunas kecil menembus media tanam, menandai kebangkitan benih yang telah melewati satu milenium.
Seiring waktu, tanaman itu tumbuh subur hingga mencapai tinggi sekitar tiga meter. Meski demikian, pohon tersebut tidak pernah berbunga maupun menghasilkan buah.
Pertumbuhan itu memicu kecurigaan ilmiah. Sallon menduga tanaman tersebut berkaitan dengan tumbuhan yang disebut dalam teks-teks kuno di wilayah Timur Tengah, termasuk yang tercatat dalam Alkitab.
Pertumbuhan itu memicu kecurigaan ilmiah. Sallon menduga tanaman tersebut berkaitan dengan tumbuhan yang disebut dalam teks-teks kuno di wilayah Timur Tengah, termasuk yang tercatat dalam Alkitab.
Salah satu dugaan awal mengarah pada Balsam Yudea, tanaman legendaris yang getah harumnya sangat bernilai dan pernah menjadi komoditas ekspor ke berbagai belahan dunia.
"Kami menanamnya pada tahun 2010 (dan) sekarang sudah tahun 2024. Mengapa kami menunggu begitu lama [untuk menerbitkan penelitian]? Karena saya ingin memastikan bahwa itu bukan Balsam Yudea. Dan bagaimana saya bisa tahu pasti? Dengan menciumnya," kata Sallon.
Waktu panjang itu digunakan untuk pengamatan mendalam. Tanaman yang tumbuh ternyata tidak pernah mengeluarkan aroma khas seperti yang digambarkan dalam catatan tentang Balsam Yudea. Untuk memastikan, tim peneliti melakukan analisis fitokimia terhadap getah, daun, dan cabang tanaman tersebut.
Uji senyawa aromatik menjadi kunci. Hasil analisis menunjukkan kesamaan dengan mur, tanaman yang masih memiliki hubungan kekerabatan dekat. Dari sini, kesimpulan penting ditarik: pohon itu bukanlah Balsam Yudea.
Hasil penelitian justru mengarah pada kemungkinan lain. Tanaman tersebut diduga sebagai sumber balsem obat yang dikenal sebagai tsori, zat yang juga tercatat dalam teks-teks kuno sebagai bahan pengobatan bernilai tinggi.
"Berdasarkan semua hal ini, itu bukanlah balsam Yudea, melainkan sepupu dekatnya, dan salah satu Commiphora nonaromatik yang merupakan gudang harta karun senyawa obat," ungkapnya.
Temuan ini turut menarik perhatian komunitas ilmiah internasional. Pemimpin penelitian senior di bidang biologi benih dan stres di Royal Botanic Gardens London, Louise Colville, menilai keberhasilan ini sebagai peristiwa yang sangat langka dalam dunia botani.
"Yang mengejutkan dalam cerita ini adalah itu hanya satu benih dan bisa memiliki satu kesempatan untuk berkecambah adalah keberuntungan yang luar biasa," papar Colville.
Kisah benih berusia 1.000 tahun yang kembali hidup ini bukan hanya soal kebangkitan sebuah pohon, tetapi juga tentang pertemuan antara sejarah kuno, ketekunan ilmiah, dan peluang langka yang membuka harapan baru bagi riset pengobatan alami di masa depan.
"Kami menanamnya pada tahun 2010 (dan) sekarang sudah tahun 2024. Mengapa kami menunggu begitu lama [untuk menerbitkan penelitian]? Karena saya ingin memastikan bahwa itu bukan Balsam Yudea. Dan bagaimana saya bisa tahu pasti? Dengan menciumnya," kata Sallon.
Waktu panjang itu digunakan untuk pengamatan mendalam. Tanaman yang tumbuh ternyata tidak pernah mengeluarkan aroma khas seperti yang digambarkan dalam catatan tentang Balsam Yudea. Untuk memastikan, tim peneliti melakukan analisis fitokimia terhadap getah, daun, dan cabang tanaman tersebut.
Uji senyawa aromatik menjadi kunci. Hasil analisis menunjukkan kesamaan dengan mur, tanaman yang masih memiliki hubungan kekerabatan dekat. Dari sini, kesimpulan penting ditarik: pohon itu bukanlah Balsam Yudea.
Hasil penelitian justru mengarah pada kemungkinan lain. Tanaman tersebut diduga sebagai sumber balsem obat yang dikenal sebagai tsori, zat yang juga tercatat dalam teks-teks kuno sebagai bahan pengobatan bernilai tinggi.
"Berdasarkan semua hal ini, itu bukanlah balsam Yudea, melainkan sepupu dekatnya, dan salah satu Commiphora nonaromatik yang merupakan gudang harta karun senyawa obat," ungkapnya.
Temuan ini turut menarik perhatian komunitas ilmiah internasional. Pemimpin penelitian senior di bidang biologi benih dan stres di Royal Botanic Gardens London, Louise Colville, menilai keberhasilan ini sebagai peristiwa yang sangat langka dalam dunia botani.
"Yang mengejutkan dalam cerita ini adalah itu hanya satu benih dan bisa memiliki satu kesempatan untuk berkecambah adalah keberuntungan yang luar biasa," papar Colville.
Kisah benih berusia 1.000 tahun yang kembali hidup ini bukan hanya soal kebangkitan sebuah pohon, tetapi juga tentang pertemuan antara sejarah kuno, ketekunan ilmiah, dan peluang langka yang membuka harapan baru bagi riset pengobatan alami di masa depan.
(*)
Thanks for reading: Pohon Alkitab Bangkit dari Benih 1.000 Tahun, Misteri Ilmiah dari Gurun Yudea, Sorry, my English is bad:)

