Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Jakarta Masuk Tiga Besar Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia

Minggu, 14 September 2025 | 19.52 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-14T12:52:03Z
Jakarta Masuk Tiga Besar Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia


BLOGSIA.EU.ORG -  Kualitas udara Jakarta kembali memburuk pada Minggu pagi. Data pemantau kualitas udara IQAir menunjukkan ibu kota menempati peringkat ketiga dunia sebagai kota dengan polusi terparah. Pada pukul 05.55 WIB, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta tercatat 152, masuk kategori tidak sehat. Konsentrasi polusi udara PM2,5 mencapai 57,5 mikrogram per meter kubik.

Indeks itu memberi peringatan keras: udara tidak sehat bagi kelompok sensitif. Paparan jangka panjang bisa merugikan kesehatan manusia, terutama anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit pernapasan. “Gunakan masker saat berada di luar ruangan,” begitu rekomendasi yang tertulis dalam situs IQAir. Warga juga disarankan menutup jendela rumah agar udara kotor tidak masuk ke dalam ruangan.

Kategori kualitas udara terbagi dalam beberapa level. Rentang PM2,5 sebesar 0-50 masuk kategori baik, tidak memberi dampak pada manusia, hewan, atau tumbuhan. Angka 51-100 disebut sedang, belum berbahaya bagi manusia tetapi bisa mengganggu tumbuhan yang sensitif. Rentang 101-150 masuk kategori tidak sehat bagi kelompok tertentu, sementara 151-200 masuk kategori tidak sehat bagi masyarakat luas. Jika mencapai 200-299, kualitas udara dinyatakan sangat tidak sehat, dan pada level 300-500 sudah berbahaya, merugikan kesehatan secara serius.

Posisi Jakarta di peringkat ketiga terburuk dunia masih di bawah Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, yang mencatat indeks 166, serta Lahore, Pakistan, dengan angka 158. Setelah Jakarta, ada Tashkent di Uzbekistan dengan AQI 126, dan Addis Ababa di Etiopia dengan 120.

Fenomena polusi ini terjadi saat pemerintah provinsi berupaya meningkatkan pemantauan kualitas udara. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi. Sistem ini didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.

Data dari SPKU kemudian ditampilkan secara langsung di laman resmi DLH. Sistem itu mengintegrasikan data milik DLH, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia, serta Vital Strategies. Kehadiran platform baru ini digadang sebagai penyempurnaan dari sistem lama agar sesuai standar nasional dan lebih transparan.

Namun, perbaikan pemantauan belum cukup untuk menurunkan angka polusi. Jakarta masih bergulat dengan sumber pencemar udara, dari kendaraan bermotor hingga industri. Rekomendasi kesehatan tetap sama: gunakan masker, kurangi aktivitas di luar ruangan, dan waspadai dampak jangka panjang polusi pada tubuh.

(*)
close